16 Nov 2010

Masalah Focusing

Sumber : http://aw-fotografi.tk/

Sistem auto-focus pada kamera digital kadang-kadang mengalami kesulitan dalam menentukan focus secara tepat. Cahaya yang kurang atau permukaan yang gelap & tidak memantulkan cahaya menyebabkan lensa terus menerus bergerak tanpa dapat menemukan focus yang benar (hunting).
Para pengguna kamera DSLR dapat dengan mudah mengatasi masalah ini dengan memindahkan tombol AF ke MF (manualfocus), tapi banyak tipe kamera digital kompak tidak memiliki fitur ini. Berikut beberapa teknik yang mungkin dapat membantu:
(1)    Cari sumber cahaya dengan jarak yang sama
Pada kondisi yang kurang cahaya, kamera akan lebih mudah melakukan focusing pada obyek yang terang. Jadi, jika ada obyek yang memancarkan cahaya pada jarak yang sama, lakukan focusing pada sumber tersebut, tekan setengah shutter dan lakukan rekomposisi menuju obyek yang dimaksud.
(2)    Gunakan laser pointer
Ide menggunakan laser pointer muncul setelah melihat film Expendables dan memperhatikan focusing assist light pada kamera yang memancarkan setitik cahaya berwarna merah. Kamera Sony A200 yang saya gunakan kebetulan tidak memiliki focusing assist light terpisah sehingga untuk focusing di ruang gelap, flash internal harus diaktifkan. Menggantikan flash tersebut dengan sebuah senter LED tidak member hasil yang memuaskan, jadi saya coba dengan laser pointer. DanBERHASIL! Cahaya merah yang jatuh pada obyek dengan segera dikenali dan direspon oleh system autofocus pada kamera. Jadi, sekarang saya menggunakan gantungan kunci dan membawa ballpoint yang sekaligus berfungsi sebagai laser pointer J

(3)    Letakkan benda lain yang memantulkan cahaya di dekat obyek
Ide ini muncul ketika menyadari bahwa kain pelapis kursi yang saya gunakan membungungkan kamera karena menyerap dan tidak memantulkan cahaya sebagaimana mestinya. 
Saya berhasil memotretnya dengan manual focusing sebagaimana pada foto berikut:
Tetapi rupanya lebih mudah jika saya letakkan benda lain dan melakukan rekomposisi. Perhatikan safety 
glasses warna kuning yang saya letakkan di atas kursi sebagai focusing point. 
Teknik ini bias digunakan secara efektif dengan kamera yang tidak memiliki fasilitas manual focus 

Gunakan aperture sempit
Teknik di atas diperlukan untuk pemotretan obyek diam di ruang dengan cahaya minim. Pada pemotretan di luar ruang yang cukup cahaya dengan obyek yang bergerak, penggunaan bukaan aperture sempit (angka f/ tinggi) merupakan cara yang lebih efektif. Dengan aperture sempit, daerah tajam menjadi cukup lebar sehingga obyek dapat tampil tajam. Jika cahaya cukup, penggunaan shutter speed tinggi akan menghasilkan foto yang lebih bagus lagi.

Sabtu, 23 Oktober 2010


Mode M Bukan Keharusan

Mode M merupakan salah satu fitur yang hanya terdapat pada kamera DSLR dan kamera kompak high-end. Mode yang ini menyerahkan segala keputusan exposure setting pada fotografer dan sering dianggap sebagai ukuran ketinggian ilmu seorang fotografer. Banyak peminat fotografi yang baru membeli kamera prosumer atau DSLR mengirimkan pesan sejenis ini:
“Mas, kasih tau dong, untuk mode M itu berapa setting yang pas supaya dapat foto yang bagus?”

Terus terang, saya jarang pakai mode M. Buat saya, penggunaan mode M bukanlah suatu keharusan.  Saya lebih menganggapnya sebagai “jurus pamungkas”, jurus yang beresiko tinggi dan tidak perlu digunakan kecuali pada kondisi yang memaksa dan penggunaan mode lain tidak dapat memperoleh hasil yang diharapkan. Penggunaan mode M menuntut fotografer untuk selalu mengevaluasi setting yang dipakai dan ini dapat memecah perhatian.

Sebagaimana ditulis dalam catatan sebelumnya, fotografer sebaiknya berfokus pada 3 hal yang tidak dapat diputuskan oleh kamera, yaitu:
(1)    Momen
(2)    Angle
(3)    Komposisi
Adapun untuk metering dan setting dapat diserahkan pada kamera dengan mengacu pada hasil yang kita harapkan. Misalnya, Anda hendak melakukan panning atau freezing pada obyek yang bergerak. Dalam hal ini setting speed shutter akan menjadi penentu pada foto yang dihasilkan. Jadi, gunakan mode S / Tv dan pilihlah shutter speed yang sesuai, serahkan setting aperture pada kamera.  Dalam kasus lain, setting aperture akan menentukan saat  Anda menghendaki foto landscape yang tajam dari latar depan hingga pegunungan di latar belakang atau justru menghendaki DoF yang sempit pada sesi pemotretan model. Makas gunakan mode A / Av, tentukan setting aperture dan serahkan setting speed pada kamera.

Saya sendiri biasanya menghindari penggunaan mode M karena  “menyimpan” setting yang paling sering dipakai pada mode S dan A.  Mode M baru digunakan pada kondisi pemotretan yang “sulit”, yaitu ketika metering kamera menghasilkan gambar tidak sesuai dengan harapan, misalnya:

(1)    Memotret sunset atau sunrise
Cahaya matahari yang sedang terbit atau terbenam akan memberikan pantulan  warna yang indah di langit. Cahaya ini belum cukup menerangi bumi sehingga sebagian besar daratan akan tetap tampak gelap.
Untuk mengabadikan momen ini, diperlukan shutter speed cepat (1/250 atau lebih tinggi) dan bukaan aperture sempit (f/8 atau f/11 atau lebih tinggi). Ini berlawanan dengan karakter kamera yang akan mengkompensasi bukaan aperture sempit dengan speed rendah, jadi metering tidak dapat diserahkan pada kamera.

(2)    Memotret bulan
Bulan adalah benda yang memantulkan cahaya pada saat langit gelap. Cahaya bulan akan tetap dianggap “kurang kuat” oleh kamera sehingga hasil metering akan menghasilkan speed lambat dan bukaan lebar. Padahal, sesungguhnya bulan bergerak terhadap bumi dan terletak pada jarak yang jauh, sehingga untuk memotretnya harus dilakukan dengan speed tinggi (1/200 atau lebih cepat) dan aperture sempit (f/11 atau lebih tinggi).

Dalam kondisi yang tidak sesuai dengan karakter kamera itulah kita HARUS menggunakan mode M. Tentu masih ada kondisi-kondisi lain yang memerlukan setting khusus yang diperoleh dari pengalaman karena tidak pernah ada 2 fotografer yang menghasilkan foto yang persis sama.
Patokan mudah untuk memperoleh setting mode M:
(1)    Potret dengan mode P
(2)    Review dan putuskan tindakan yang harus diambil (under atau over)
(3)    Putuskan besaran yang akan dipertahankan shutter speed atau aperture
(4)    Pindah ke mode M, pertahankan setting salah satu besaran dan sesuaikan besaran lainnya.


Respon Cepat dengan Priority Setting

Dalam berbagai kesempatan, fotografer perlu bertindak seperti seorang Manajer:
“Delegasikan tugas kepada staf yang berkompeten”

Kamera digital saat ini sesungguhnya merupakan sebuah computer super mini yang memproses pengolahan data cahaya menjadi gambar sesuai dengan “kecerdasan” yang ditanam di dalam sistemnya. Namun demikian ada 3 hal yang tidak dapat diputuskan oleh kamera Anda, yaitu:
(1)    Momen
Kamera Anda dapat melakukan focusing dan metering, namun tidak dapat menentukan “kapan” shutter harus dilepaskan.
(2)    Angle
Perubahan sudut pengambilan gambar akan mengubah arah cahaya dankeseimbangan terang & gelap dan menghasilkan mood  yang berbeda. Ini juga mempengaruhi tampilan subyek yang dapat menimbulkan kesan sederhana, agung atau arogan. Ini tidak ada referensinya dengan program dalam kamera.
(3)    Komposisi
Susunan elemen-elemen merupakan rangkaian pesan yang hendak disampaikan. Ini juga tidak dapat dipahami oleh kecerdasan kamera.

Faktor-faktor itulah yang akan menegaskan pesan, menentukan nilai “rasa” dan “seni” sebuah foto.  Jadi, fokuslah pada ketiga hal di atas dan serahkan pekerjaan lain pada “kecerdasan” kamera Anda, kecuali jika keadaan sedemikian sulitnya, barulah sang Manajer turun tangan menyelesaikan masalah.
Sebagai manajer, Anda bisa menugaskan staf untuk melakukan tugas dengan cara tertentu sehingga target tercapai secara efektif dan efisien. Seorang fotografer dapat memanfaatkan setting yang tersimpan pada beberapa mode untuk memperoleh akses cepat dalam menyesuaikan perbahan kondisi pemotretan. Pada mode priority setting (S/ Tv dan A / Av) kamera akan mengkompensasi perubahan yang dilakukan pada salah satu setting dengan menggerakkan setting lain kea rah berlawanan. Misalnya:

Kondisi awal:  ISO 200, shutter speed 1/125, aperture f/8
Perubahan aperture menjadi f/6.3 akan dikompensasi oleh kamera dengan mengubah shutter speed menjadi 1/200
Perubahan speed menjadi 1/60 akan dikompensasi oleh kamera dengan mengubah aperture menjadi f/11

Dengan pemahaman tabiat kamera seperti di atas, saya terbiasa untuk menyimpan setting shutter priority (S, Tv) pada posisi berlawanan dengan setting  aperture priority (A, Av). Untuk melakukan hal ini, kita dapat mengacu pada konsep BDE (Bright Daylight Exposure), yaitu
ISO 200, speed 1/250, f/16 atau ISO 100, speed 1/125, f/16

BDE ini juga yang menjadi acuan kamera untuk menentukan setting pada mode P dan dikompensasi berdasarkan kondisi pencahayaan saat dilakukan metering. Artinya, dengan sekali melakukan test pada mode P, Anda dapat menentukan setting pada mode S / Tv atau A / Av untuk mempercepat akses.
Misalkan, hasil pemotretan pada mode P menghasilkan settingISO 100, speed 1/125, f/8 maka saya akan melakukan setting mode S / Tv pada 1/30 dan A / Av pada f/4 atau S/ Tv pada 1/500 dan A / Av pada f/16. Dengan setting ini kita akan memperoleh setting 2 stop dengan hanya sekali memnggerakkan tombol.

Contohnya begini:
Sesi pemotretan:  Balap motor
Lokasi: Outdoor
Light: Ambience
Waktu: 08.00 – 15.00
Kemungkinan pemotretan yang akan terjadi:
1.       Action, memotret motor yang bergerak dengan kecepatan tinggi dan perlu melakukan freezing àdicapai dengan memindahkan mode ke Scene Program Sport
2.       Panning, memotret motor yang bergerak cepat dengan latar belakang motion blurred à dicapai dengan mode S / Tv (shutter priority) pada speed 1/60 atau 1/80
3.       Portrait, untuk memotret para pembalap atauumbrella girl dengan DOF sempit dan latar belakang blurred à dicapai dengan mode A pada aperture lebar. f/4 atau lebih rendah


Tips - Jangan Ketinggalan Momen

Ini pertanyaan yang sering saya baca:
“Saya pengen beli kamera, tapi baru punya uang Rp 1juta. Sebaiknya saya beli kamera poket atau tunggu dulu supaya bias beli prosumer?”
Buat saya, kamera diperlukan untuk mengabadikan momen. Walaupun mungkin tidak puas dengan segala keterbatasan kamera poket tipe point & shoot, tapi momen yang dapat diabadikan jauh lebih berharga. Banyak momen indah yang tak bisa diulang akan terlewatkan tanpa kamera. Jadi, saya akan menyarankan:
“Beli saja kamera sesuai budget yang ada, tapi pilih kamera dengan kualitas & fitur terbaik pada harga tersebut”
Itu sebabnya saya buat catatan tentang kamera-kamera kompak berharga ekonomis.
Jika kamera sudah berada di tangan, tips berikut ini akan  berguna bagi Anda agar tak ketinggalan momen. Beberapa tips berlaku umum, beberapa lainnya diberi catatan khusus untuk pemakai DSLR atau khusus pemakai poket.
1.      Tas atau kantong kamera
Ada berbagai macam disain dan ukuran tas kamera, dari yang model slempang, ransel, dengan banyak variasi ukuran dan ruangan. Yang perlu diperhatikan adalah seberapa cepat Anda dapat menjangkau kamera pada saat diperlukan. Tas model ransel yang berukuran besar memungkinkan Anda membawa banyak perlengkapan, tetapi jika disandang di punggung tentu memerlukan waktu lebih untuk mengambil kamera Anda. Jika sudah berada di lokasi pemotretan, mungkin lebih baik Anda menyandangnya di depan agar kamera lebih mudah dijangkau tanpa perlu menanggalkan tas dari tubuh Anda.

2.      Batere cadangan
Batere merupakan elemen vital dalam kamera digital dan salah satu kesalahan yang paling sering terjadi adalah batere yang habis di tengah sesi pemotretan. Daya tahan batere selain dipengaruhi oleh kapasitas batere, juga dipengaruhi oleh:
(1)     pemakaian flash,
(2)    penggunaan autofocus,
(3)    penggunaan live-view atau review di LCD.
Jadi, meskipun batere Anda sudah discharge full power, tetaplah membawa batere cadangan.

3.       Memory card
Memory card juga merupakan elemen vital dalam fotografi digital. Kapasitas memory card yang jauh lebih besar daripada rol film memungkinkan fotografer memotret dengan leluasa, namun ternyata sering menjadi batu sandungan, terutama untuk fotografer pemula.
Satu sesi pemotretan bias menghasilkan 200-500 frame foto. Kapasitas penyimpanan memory card ditentukan oleh:
(1)    Ukuran resolusi frame (10 MP 6 MP, atau 3 MP, dst)
(2)    Kualitas foto (Fine, Normal, Economy)
(3)    Format file (RAW atau JPEG)
Jadi agar setiap momen terekam dengan baik, pastikan ruang kosong di memory card Anda cukup untuk 500 frame, atau bawa memory card cadangan.
4.       Rencanakan kondisi pemotretan
Perencanaan kondisi pemotretan yang akan dihadapi akan member Anda persiapan lebih baik untuk menyesuaikan berbagai hal. Yang perlu diperhatikan, di antaranya:
(1)    Lokasi: indoor atau outdoor
(2)    Waktu: pagi, siang sore, atau malam. Ini akan berpengaruh pada:
(3)    Lighting: ambience atau artificial
Jika pemotretan dilakukan secara outdoor dengan mengandalkan ambient light, maka Anda juga harus mempersiapkan penyesuaian dengan kondisi cuaca saat sesi berlangsung.

5.       Kamera setting
Setelah memiliki gambaran kondisi pemotretan yang akan berlangsung, maka setting kamera harus disesuaikan. Anda dapat menggunakan scene program yang sudah tersedia atau menggunakan priority setting yang ada agar Anda dapat mengantisipasi setiap keadaan secepat mungkin. Saya sendiri biasanya menghindari penggunaan mode M karena  “menyimpan” setting yang paling sering dipakai pada mode S (Tv) dan A.(Av)
Penggunaan mode M akan mengubah setting yang disimpan di posisi A (Av) dan S (Tv) sehingga memerlukan usaha lebih pada pemotretan berikutnya. Mode M ini biasanya hanya saya gunakan pada kondisi-kondisi khusus yang tidak memungkinkan penggunaan mode lainnya.
Setting lain yang harus dipastikan dan nilai yang biasanya saya gunakan adalah:
ISO – gunakan ISO terendah sesuai kondisi pemotretan
White balance – Auto atau Daylight atau 5500K
Metering – Centr weighted
Shutter release – Continuous
Autofokus – Single

6.       Energy saver
Banyak kamera dilengkapi dengan energy saver yang akan mematikan kamera secara otomatis jika tidak digunakan dalam waktu tertentu. Dalam satu sesi pemotretan, fitur ini kadang menjadi penyebab fotografer tidak sempat menangkap momen karena kameranya terlambat hidup saat start-up. Ini terutama terjadi pada kamera kompak & prosumer.
Jadi, matikan saja fitur energy saver selama sesi pemotretan.

7.       Fokus dan zoom
Pemilihan mode focusing dan zooming akan mempengaruhi kecepatan respon kamera, terutama pada kamera poket yang melakukan zooming dengan motor elektrik. Kecepatan focus juga ditentukan oleh kontras warna antara subyek dengan latar belakang lingkungan di sekitarnya.

8.       Review
Penggunaan live view dan melakukan review pada LCD sering menghabiskan waktu yang menyebabkan terlewatnya momen. LCD viewer hanya cocok untuk melakukan review singkat pencahayaan dan komposisi. Fokuslah pada menangkap momen.

Catatan khusus untuk pengguna DSLR:
1.       Lensa
Penggantian lensa merupakan aktivitas yang cukup memakan waktu. Karena itu pakai lensa yang paling tepat supaya tak banyak momen terlewat akibat penggantian lensa. Lensa juga harus diperiksa dan kalau perlu dibersihkan sebelum dipasang agar diperoleh hasil yang memuaskan.
2.       Penutup lensa
Jangan lupa melepaskan tutup lensa sebelum mulai memotret. Pastikan di mana Anda menyimpan tutup lensanya agar tidak hilang. Anda juga dapat menggunakan penutup bertali agar lensa tidak lepas dari kameranya.
3.       Aksesoris
Aksesoris lain seperti filter dan flash akan sangat berpengaruh pada respon kamera. Penggunaan filter dapat mengkoreksi metering 1-2 f-stop. Penggunaan flash external akan mempercepat respon karena nergy-nya diperoleh dari batere yang terpisah.

Catatan khusus untuk pengguna poket:
1.       Start up time
Startup time adalah waktu yang diperlukan antara kamera dinyalakan dan kamera siap memotret. Startup time pada kamera poket lebih lama daripada DSLR karena kamera melakukan checking  dan  adjustment pada lensa sebelum siap memoitret.  Jika sudah mulai memotret, sebaiknya kamera tetap dalam kondisi menyala dengan mematikan nergy saver. Jika hendak menghemat nergi, Anda bias mematikan LCD (tidak bias dilakukan pada kamera tanpa viewfinder).
2.       Shutter lag
Shutter lag  adalah waktu antara tombol shutter ditekan dan saat kamera merekam gambar. Kamera-kamera baru sudah mampu mengatasi shutter lag ini, tetapi masih tetap harus diperhatikan.
3.       Flash
Flash pada kamera  poket sering menjadi sumber kehilangan momen karena kamera tidak dapat memotret saat flash sedang diisi. Sebisa mungkin, matikan flash agar diperoleh respon yang cepat.