17 Nov 2010

Fotografi Portrait

Seorang fotografer bernama Philip Greenspun berbagi pengalaman. Ia berbagi studio dengan Elsa Dorfman, seorang fotografer potret. Philip mengaku kalau dia bukan fotografer potret. Apa bedanya? Menurut Philip, Elsa peduli terhadap orang. Elsa dengan natural bisa dekat dengan orang yang baru saja ditemuinya dalam beberapa menit. Setelah 1 sesi pemotretan selama 1 jam, kata Philip, Elsa bisa mengetahui kehidupan lebih dalam ketimbang Philip mengenal adiknya.

Potret memang berbeda dengan foto-foto lain, bisa lebih sulit (tapi bisa juga lebih mudah). Lebih sulit karena dalam memotret, bukan cuma merekam bagaimana rupa orang itu saja, tapi juga mengangkap karakter orang itu. Malah, sebisa mungkin karakteristik yang tampak adalah karakter yang baik, menarik, dan memuaskan orang yang dipotret.


Buat yang belum tahu, fotografi potret itu adalah salah satu aliran pada fotografi yang mengabadikan orang. Pokoknya, objek utamanya adalah orang.

Karena potret harus menampakan karakteristik seseorang, seorang fotografer potret harus pintar-pintar dalam mengenali orang. Ini yang susah-susah gampang. Orang kan sifatnya berbeda-beda. Ada yang ekspesinya langsung tampak sesuai perasaan dirinya. Tapi orang lain, bisa menampakan ekspesinya tersebunyi.

Ketegangan bisa diregangkan kalau orang tersebut diajak berbasa-basi barang sebentar sebelum sesi pemotretan. Bahkan, si fotografer lebih baik terus mengajak ngobrol ketika ia mempersiapkan peralatan.

Tak perlu juga buru-buru dalam mengambil gambar. Biarkan orang yang dipotret santai, merasa nyaman, barulah dipotret.


Majalah PC+ edisi 15 (Fotografi Digital)/www.tabloidpcplus.com