19 Sep 2010

Sekilas Fotografi Panggung

 Sample Image
Rika - Dreamer ( Canon EOS 400D - Tamron 28-75mm f2.8 )
 
Sharing ini saya tujukan bagi rekan rekan fotografer di bandung dan di jkt yang senantiasa memberikan masukan dan saran, HFB genk dan tetua2x yang suka ngasih kritik nan tajam di FN dan lainnya, thx guys ..:) Seiring dengan perkembangan dunia fotografi yang sangat pesat akhir akhir ini, banyak sekali fotografer yang berusaha mengabadikan momen konser musik di tanah air. Harga kamera DSLR yang makin lama makin terjangkau membuat masyarakat kita mulai menggandrungi hobi fotografi ini .Tulisan ini saya buat karena banyak diantara rekan rekan meminta tips dan trik seingkat mengenai topic yang cukup menarik,bernama fotografi panggung yang kadang juga disebut Concert Photography atau Stage Photography . Concert photography memerlukan latihan dan perencanaan, karena dalam prakteknya kita menangkap moment dengan kombinasi dari lampu lampu panggung , cahaya yang rendah dan terbatas, dan objek yang kadang bergerak tak terduga digabung dengan waktu pengambilan foto yang sangat terbatas. Hal ini fotografi panggung menjadi sesuatu yang unik dan kadang membuat frustasi seorang fotografer Disini saya mencoba untuk berbagi dengan rekan rekan mengenai pengalaman saya yang kebanyakan otodidak saja dan saya juga mengaku baru dalam tahapan belajar dan memulai serius menekuni hobby fotografi panggung ini 3 tahun kebelakang. Artikel ini mengenai foto panggung ini nantinya akan dibahas sedikit meliputi peralatan yang diperlukan, setting kamera yang sering saya digunakan, etika foto panggung dan terakhir post-processing.











Tiga lagu saja, dan NO FLASH

Saya mendokumentasikan beberapa konser musik akhir akhir ini dan hal tersebut memberikan passion tersendiri bagi saya, berbeda dengan foto produk, olahraga , modeling dan lainnya. Concert photography adalah tugas yang menantang dan fun, tapi dengan peralatan dan teknik yang kurang tepat , hasil foto dan dokumentasi yang nanti dihasilkan ,mungkin tidak tepat sesuai dengan harapan. Jujur saja , kadang selain kita bisa menikmati konser secara gratis kita juga bisa mendokumentasikan banyak moment penting dalam sebuah pertunjukan.

Bayangkan jika anda sedang berada dalam sebuah konser atau pertunjukan musik, anda berada diantara ratusan bahkan ribuan orang yang menghadiri konser itu, dan anda beruntung berada tepat di depan artis yang akan tampil . Jika anda penonton anda harus datang berjam jam sebelum pertunjukan untuk mendapat antrian di awal. Tapi bila anda seorang fotografer anda beruntung tidak usah mengantri sejak awal untuk mendapatkan moment terbaik dari pertunjukan dan menangkap energi dari artis yang akan tampil meliputi beberapa faktor yang membuat fotografi panggung ini juga merupakan tantangan bagi fotografer, meliputi gerakan dari artis yang unpredictable, cahaya lampu yang kadang mengganggu, disamping juga ada faktor low lighting, juga waktu pengambilan foto yang kadang dibatasi hanya tiga lagu saja .

Jika anda seorang fotografer dan jurnalis yang mengerti tentang aturan main dan etika foto panggung tentunya sudah terbiasa dengan pakem industry standard 'three songs’ dan aturan ‘no flash' . Tapi terkadang kita menemukan juga banyak fotografer dan penonton melanggar hal ini dan tentu saja mengganggu dari penampilan sang artis sendiri. Biasanya waktu yang diberikan pada fotografer sekitar 10 menit untuk berada tepat di depan panggung dan meng capture moment yang ada termasuk lampu lampu panggung yang memberikan nuansa artistik yang dramatis dan indah . Alasan lain yang mendukung tidak diperbolehkannya penggunaan flash pada fotografi panggung adalah lampu dari kamera / flash ini akan bentrok dengan detail yang diberikan oleh lampu lampu yang ada di panggung sehingga hasil foto nya akan terlihat flat dan tidak berkesan ada ‘energy’ yang keluar dari artis yang sedang tampil karena didukung oleh lampu panggung tadi. Alasan lain adalah, flash memiliki waktu recycle yang relatif lambat untuk menangkap momen yang ada di panggung.

Persiapan

Persiapan ini dalam artian, bukan hanya dari gears atau peralatan fotografi yang akan kita bawa, namun meliputi juga hal hal pendukung, seperti ID pers atau kartu Identitas lainnya yang membolehkan kita membawa kamera selama konser dan mendokumentasikan pertunjukan tersebut. Jika kita mengantisipasi untuk mengganti lensa selama pertunjukan, bawalah tas yang bisa mengakomodir hal tersebut, dan usahakan se-sederhana dan seaman mungkin dan sering lah berlatih untuk cepat mengganti lensa jika diperlukan. Namun bila anda memiliki body camera lebih dari satu, ada baiknya memasang satu body camera dengan lensa wide dan lensa tele pada body camera yang lain . Jangan lupa cek memory card bila menggunakan kamera digital , atau cadangan film bila menggunakan kamera analog dan terakhir adalah cek batere cadangan bila diperlukan. Ada baiknya untuk hal hal pendukung ini, disimpan di tempat yang mudah terjangkau oleh tangan, bisa di saku celana atau bisa juga menggunakan rompi fotografer, karena kita melakukan kegiatan foto panggung ini di posisi yang berdesak desakan dan gelap, sehingga kita harus semudah dan seaman mungkin nantinya dalam menyiapkan segala sesuatunya.

Gear

Gear yang biasa saya gunakan :  Body Kamera : Canon EOS 400D , Lensa : Canon EF- 70-200 f4.0L/USM, Tamron 17-50mmf2.8 XR Di II dan Tokina 12-24 f4.0 AT-x AF

Kamera

Kini , hampir semua fotografer menggunakan Digital SLR, Ada baiknya kita menggunakan kamera yang bekerja baik di ISO tinggi untuk mendapatkan hasil yang baik, nantinya kita banyak menggunakan ISO 800 keatas. Karena saya menggunakan kamera Canon, saya menggunakan Canon EOS 400D yangmasih masuk kategori entry level namun untuk ISO 800 masih cukup baik menangani noise, namun bila terpaksa kadang saya menggunakan ISO 1600 yang memang menghasilkan cukup banyak noise pada hasil foto. Ada baiknya bila dalam tahapan merencanakan membeli / mengupgrade kamera , gunakanlah jenis jenis terbaru dari kamera DSLR , karena selain ISO sensitivitas yang cukup tinggi ,fitur2x yang dihasilkan juga jauh lebih canggih .

Lensa

Semuanya bergantung dengan venue, posisi pengambilan gambar dan juga tingkat intensitas pencahayaan di panggung. Ada baiknya kita menggunakan lensa dengan Aperture / Diafragma yang besar ( f2.8 kebawah ) . Namun kadang harga dari lensa beraperture besar kurang bersahabat bagi fotografer pemula seperti saya. Hal ini bisa diakali dengan menggunakan prime lensa 50mm f1.8 yang relative cukup terjangkau. Saat ini saya menggunakan lensa Tamron 17-50mm f2.8 untuk lensa wide, Tokina 12-24 f4.0 untuk ultrawide dan Canon EF 70-200 f4.0 L/USM untuk lensa tele.

Tetapi lensa terakhir ini jarang digunakan bila kita berada di bibir panggung , karena kebanyakan jarak antara fotografer dan artis itu sangat dekat, bisa jadi hanya 1 M saja. Jadi kalau memang nantinya kita berada tepat di bibir panggung, banyaklah gunakan lensa Wide atau lensa fix / prime lens dengan Diafragma besar.. Seperti fotografi pada umumnya, kuncinya adalah cahaya. Pencahayaan bagus, pose yang pas, posisi pengambilan yang tepat , anda akan mendapatkan foto yang sempurna .

Rekomendasi Lensa dan Kamera

Berdasarkan pengalaman dan berdiskusi dengan sesama penggiat fotografi. Ada beberapa jenis kamera dan Lensa yang bisa saya rekomendasikan untuk digunakan pada foto konser . Kebanyakan gears dan peralatan fotografi memang cukup mahal, tapi dengan pemilihan yang tepat, kita bisa mendapatkan peralatan yang sesuai dengan budget dan kantong kita . Mohon maaf karena saya pengguna Canon, saya rekomendasikan gears kebanyakan merk Canon (bukan promosi :D )

Fix Lens / Prime Lens

Fix Lens yang direkomendasikan adalah Canon EF 50mm f1.4 , karena diafragma yang cukup besar ini bisa menangkap moment yang baik selama pertunjukan. Bila terasa kurang pas dari sisi komposisi., nantinya pada saat post-processing bisa diproses lebih lanjut. Jenis lensa fix yang digemari oleh fotografer lainnya adalah EF 50mm f1.8, lensa yang terkenal dengan ketajamannya dan harganya relative terjangkau ini bisa mencover kebutuhan kita akan bukaan/ aperture yang besar.

Wide Lens ( lensa wide )

Lensa utama yang sangat direkomendasikan oleh banyak fotografer di dunia adalah Canon EF 24-70mm f2.8 L USM dan Canon 16-35mm f2.8 L USM dari Canon yang bisa mengcover range dari sisi wide ke medium range, sangat baik performa nya untuk low-light lens. Tapi lensa ini baik untuk full frame body, misalnya EOS 5D atau EOS 1D yang tentunya cukup mahal harganya. Bila kita masih menggunakan kamera dengan crop factor APS-C, akan terasa kurang wide, maka alangkah baiknya kita menggunakan lensa lain, saya rekomendasikan jenis lensa Canon EF-S 17-55mm f2.8 IS USM atau Canon EF 17-40mm f4.0L USM. USM adalah teknologi ultrasonic motor yang terdapat pada lensa untuk mempercepat proses autofokus yang sangat berguna untuk mengcapture moment aktifitas di panggung Bila terasa kedua lensa itu tidak sesuai dengan kantong, ada baiknya beralih ke lensa 3rd party yang memiliki kualitas dan ketajaman relative seimbang dengan lensa tersebut adalah Tokina 16-50mm f2.8 dan Tamron 17-50mm f2.8.

Lensa Tele

Lensa Canon EF 70-200mm f2.8L IS USM jelas merupakan pilihan utama, disamping fitur telephoto yang prima, diafragma yang cukup besar dan lensa seri L yang merupakan lensa dengan kualitas terbaik yang dikeluarkan oleh pihak Canon menjadi jaminan ketajaman dari lensa ini. Thus, apakah fitur IS diperlukan ? Ya jelas diperlukan, tapi fitur IS ini adalah image stabilizer yang menghindari camera shaking atau goyangan pada kamera terutama pada kecepatan pengambilan dengan rana rendah, maka IS ini akan sangat berguna. Pada concert photography yang diutamakan adalah kecepatan Autofokus dari lensa yang membantu ‘freeze’ dari objek sehingga kualitas foto menjadi tajam, sehingga fitur USM akan jauh lebih berguna dibanding fitur IS pada lensa. Nantinya cukup menggunakan lensa Canon EF 70-200mm F2.8 L USM atau bisa dengan menggunakan Canon EF 70-200mm f4.0 L USM yang paling murah diantara seri lensa zoom dari Canon.

Body Kamera

High ISO adalah kuncinya, kita harus memperhatikan fitur dari lensa ini. Selain dari fitur High ISO, bila kamera kita memiliki kemampuan Spot atau Partial Metering hal ini adalah nilai tambah sendiri, karena kamera kita memiliki kemampuan untuk menyeleksi area dengan intensitas cahaya lebih dibanding yang lain yang cocok untuk lowlight photography. Body Kamera DSLR saat ini sudah banyak mengcover fitur fitur diatas, diantaranya Canon EOS 40D atau yang terbaru EOS 50D, di sisi pemula bisa mulai dengan Canon EOS 450D atau di sisi professional bisa dengan Canon EOS 5D mkII sampai EOS -1Ds Mark III .
Tapi bila budget kita tidak sampai membeli kamera SLR, maka kamera prosumer seperti Canon G10 , Panasonic Lumix Fz50 cukup baik untuk menutupi kebutuhan anda akan body dan lensa yang cukup baik untuk pemotretan panggung.

Setting pada Kamera

ISO ISO adalah nilai ukuran banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera akan direkam oleh Sensor (misalnya CMOS atau CCD), sehingga akan menghasilkan gambar. ISO adalah kepekaan dari Sensor terhadap cahaya. Semakin tinggi ISO nya, semakin peka sensornya, sehingga gambarnya akan semakin terang. Yang sering terdapat di dalam kamera digital saat ini adalah ISO 100, ISO 200, ISO 400, ISO 800, IS00 1600, ISO 3200. Jadi misalnya ketika Anda menggunakan ISO 200, maka hasil foto tadi akan lebih gelap dibanding saat menggunakan ISO 1600, semua diasumsikan settingan lain tidak ada yang kita ubah sama sekali dan kondisi cahaya di sekitar objek sama.
Untuk setting foto panggung, biasanya menggunakan ISO tinggi, mulai dari ISO 800 , tapi bila pencahayaan kurang, kita bisa naikkan nilai ISO kita ke nilai yang lebih tinggi, sesuai setting kamera kita, misalnya ke nilai 1600,3200 ,6400. Walaupun banyak noise dan grainy yang dihasilkan, hal ini nanti kita bisa kita perbaiki pada proses post processing.

Metering

Jika setting kamera kita terdapat setting untuk mengubah tipe metering pencahayaan, ada baiknya kita ubah ke tipe spot metering. Bila tidak tersedia, tipe partial metering bisa digunakan, hal ini untuk memberikan tingkat kesensitifitasan kamera pada area yang terkena cahaya, sehingga lampu background tidak akan mempengaruhi tingkat exposure dari objek foto. Biasanya partial metering dan spot metering berguna untuk meningkatkan detail objek ketika artis terkena lampu sorot ( spotlight) dari sisi depan, contoh konser Malevolent Creation dan As I Lay Dying.

Aperture / Diafragma

Didalam lensa terdapat istilah bukaan Diafragma atau disebut Aperture yang berguna untuk mengatur jumlah cahaya yang bisa masuk ke dalam kamera. Bukaan-nya semakin diperbesar, maka cahaya yang masuk akan semakin banyak dan hasil foto akan semakin terang, dan tentunya bila bukaannya semakin diperkecil, maka cahaya yang masuk akan semakin sedikit dan hasil foto akan semakin gelap. Untuk memberikan input cahaya sebanyak mungkin pada kamera, maka bukaan aperture atau diafragma harus besar, atau nilainya lebih kecil dari f2.8. Intinya dengan kondisi pencahayaan terbatas dan kita harus mengambil moment gerakan dan aktifitas di panggung, kuncinya kembali pada bukaan diafragma yang harus besar. Perlu diingat juga, bila kita menggunakan lens-kit bawaan dari body camera, kita hanya memiliki f3.5- 5.6 yang sebenarnya kurang baik bagi pemotretan panggung. Faktor post-processing yang berperan sekali bila kita mengandalkan lens-kit untuk pemotretan ini

Shutter Speed / Kecepatan Rana

Dalam situasi low light , biasanya kita menggunakan tripod untuk mendapatkan foto dengan exposure cukup baik. Namun dalam foto panggung tentunya hal ini tidak dimungkinkan. Nilai Shutter Speed yang direkomendasikan oleh beberapa artikel di internet khusus untuk foto panggung ini sama dengan action shot , yaitu minimal di angka 1/50 – 1/60 detik, makin cepat nilai kecepatan rana ini maka moment yang didapat akan makin baik dan tentunya lebih tajam. Tetapi biasanya kompensasi dari hal itu semua tergantung nilai dari aperture / diafragma diatas. Di dalam situasi seperti ini, tak jarang kita mendapatkan hasil foto yang ‘shaking’ atau kurang tajam . Hal ini diakibatkan oleh nilai kecepatan rana yang tidak bisa mendapatkan ‘freeze’ moment dari aktifitas yang ada di panggung.
Memang, pada akhirnya nantinya kita bisa naikkan kontras, level dan saturasi warna bila mendapatkan gambar yang underexpose, namun ada baiknya kita mendapatkan foto dengan kualitas terbaik, sehingga tidak sulit pada post processing

Setting kamera - Aperture Priority (AV) dan Shutter Priority (TV) ?

Jika kita masih belum terbiasa dengan setting full Manual di kamera kita, coba lihat di kamera kita, adakah tulisan AV yang berarti Aperture Priority atau TV – Speed Priority? Bila terdapat 2 setting tersebut, pertama coba mengambil gambar dengan AV, ubah bukaan lensa ke nilai maximum, misalnya 2.8 atau 1.8 , apakah anda mendapatkan foto yang baik ? AV atau aperture priority adalah setting semi otomatis dengan menggunakan pengaturan nilai Diafragma secara manual, dengan setting Kecepatan rana secara otomatis. Biasanya bila kita melakukan foto panggung di malam hari, setting ini kurang dapat digunakan. GUnakanlah setting TV / Speed Priority yang memberikan kita pengaturan Aperture secara otomatis namun kita bisa mengatur nilai kecepatan rana / shutter speed nantinya.
Bila ternyata foto yang diambil masih ‘underexposure’ tambahkan nilai Exposure Compensation . .Di dalam mode TV ini, anda memilih shutter speed secara manual dan meter kamera anda akan memilih aperture secara otomatis. Sama dengan Aperture Priority tetapi kali ini yang anda prioritaskan adalah kecepatan, dalam kata lain yang anda bisa ngatur itu adalah kecepatan rana dan kamera anda akan mengatur Aperture secara otomatis .

Teknik pengambilan Foto

Konsep teknik pengambilan foto pada foto panggung, didasarkan pada teknik action shots yang lebih dikenal dengan konsep Panning. Pada dasarnya panning ada dua jenis :
a. FREEZE MOTION = Capture moment gerakan yang terekam dalam foto,sehingga objek seakan ‘terjebak’ dalam suatu moment atau ‘freeze’
b. IMPLYING MOTION = Capture moment yang ada tapi menghasilkan flowing effect, yang bersifat memberikan efek gerakan

Teknik pengambilan foto panggung dapat dimaksimalkan penggunaan Shutter Priority ini dalam 2 teknik tadi. Freeze Motion biasanya diambil dalam kecepatan tinggi diatas 1/100 . SedangakN Implying Motion bisa didapatkan dengan kecepatan sedikit lebih rendah dibandingkan Freeze Motion, biasanya 1/25 – 1/50 . Sering seringlah melihat hasil dari foto dan moment yang diambil, sehingga kita bisa mendapatkan kualitas foto yang terbaik dari moment yang ada. Ingat dalam foto panggung, tidak semua moment bisa berulang di satu kesempatan. Kadang moment itu bisa lepas begitu saja ketika anda mendapatkan kualitas hasil foto yang tidak maksimal. Semua foto digital akan memiliki EXIF data yang tersimpan selama foto tersebut tidak diretouch secara drastis dan touch up yang berlebihan. Ada baiknya juga kita mengambil semua foto dalam kondisi colorful . Sehingga nantinya kalaupun setting warna tidak kita inginkan kita bisa ubah ke setting warna sephia dan lainnya. Sehingga kadang ada yang merekomendasikan untuk memotret dengan RAW format, atau JPEG maximum, sehingga tidak menyulitkan dalam pengolahan foto nantinya.

Tips dan trik

Pelajari kondisi panggung dan tata cahaya Saya sering berpikir bahwa concert photography adalah sebuah tantangan yang mengharuskan kita mengambil foto dan moment dengan cepat sesuai karakter musisi dan artis yang sedang tampil, dan tentunya ‘under pressure’ baik dari kondisi tak terduga, akses yang terbatas juga blocking dari suasana dan orang sekitar kita. Oleh karena itu, kita harus bisa memanfaatkan kondisi tersebut untuk mendapatkan beberapa foto dengan kualitas yang baik dengan mempelajari terlebih dahulu secara singkat, kondisi panggung, tata cahaya dan posisi dimana kita berdiri untuk mendapatkan moment yang tepat.

Disamping itu, biasanya tata cahaya dan lampu di panggung memiliki pola atau patterns yang bisa ditebak seiring dengan flow dari konsep pertunjukan. Kita harus bisa mengambil moment yang tepat dari pola tata cahaya tersebut., tentunya dengan timing dan waktu yang pas pula. Perhatian kita harus tercurah pada lighting yang ada, jangan sampai mengganggu ekspresi dari artis atau objek yang akan kita ambil fotonya. Biasanya struktur dari tata lampu dan tata cahaya akan mengikuti lagu yang dibawakan oleh sang artis, sehingga ekspresi dan alur gerak dari sang artis akan sesuai dengan pola dari tata cahaya yang ada dan hal ini memberikan pattern atau pola yang menarik dan kadang tidak terulang di lagu berikutnya. Ada baiknya juga menonton DVD atau rekaman konser sang artis untuk mempelajari arah gerakan dan tata cahaya yang biasanya menjadi ‘trade mark’ dari seorang artis di suatu pertunjukan. Fotografer yang berpengalaman di foto panggung ini tentunya akan dapat menangkap moment yang dapat menggabungkan nilai estetika yang melingkupi tata cahaya, alur gerak sang artis dan juga kondisi panggung yang ada .

Pelajari Ritme dan flow pertunjukan / Visual Rhythm Seperti telah disebut diatas, bahwa mengambil moment pada foto panggung ini gampang gampang sulit, karena kita harus dihadapkan dalam beberapa keterbatasan. Tips dari saya, biasakanlah mempelajari rekaman pertunjukan dari artis yang bersangkutan, biasanya artis akan memiliki setlist standar yang dapat kita pelajari arah gerak dan ekspresi yang bisa terekam dengan baik . Bila kita belum sempat mengapresiasi rekaman pertunjukan sang artis, ada baiknya kita langsung merekam secara utuh konsep dari pertunjukan mereka di lagu pertama. Biasana fotografer akan berebutan untuk mengambil momen di lagu pertama . Namun justru di lagu pertama ini biasanya tata lampu belum maksimum dan artis masih beradaptasi dengan kondisi panggung sehingga ekspresi belum maksimal, nah kesempatan anda untuk mempelajari situasi dan mencoba setting dari kamera, apakah speed sudah cocok, aperture sudah OK, exposure compensation sudah pas ..dan lainnya.

Gesture dan bahasa tubuh dari seorang artis biasanya ditunjukkan juga pada setiap penampilan mereka. Ada yang berkarakter diam di tempat, atau lincah bergerak dari ujung panggung ke ujung yang lain. Hal ini lah yang perlu kita rekam dengan baik, ambillah moment tanpa mengganggu dan ‘blocking’ sudut bidik / angle pengambilan foto fotografer lain. Tetap tenang, sabar dan tidak usah terburu buru dalam merebut angle atau sudut bidik tertentu untuk mengambil sebuah moment. Konser rock biasanya penuh dengan action dan expresi, disini moment yang bagus bisa diambil misalnya ketika sang penyanyi / vokalis mengajak penonton untuk bernyanyi pada chorus, atau moment gitaris meloncat, atau ada yang stage diving dan lain nya. Proses bahasa tubuh dan moment yang ada selama pertunjukan akan terekam secara baik bila kita dapat memanfaatkan flow / ritme pertunjukan dengan sudut pengambilan yang kita dapatkan. Kita bisa pindah posisi ke kiri – kanan – depan panggung selama hal itu tidak mengganggu orang lain. Pada akhirnya kita bisa mendapatkan foto foto yang artistic dan atraktif dari pertunjukan tersebut.

Etiquette

Etika dalam melakukan pengambilan gambar atau foto biasanya tak lepas dari attitude seorang fotografer, just be nice pada orang sekitar kita, sebab ini bukan pertunjukan milik kita dan kita sangat beruntung mendapatkan posisi tepat di depan panggung yang kadang didapat secara gratis gara gara kita miliki ID pers .Bila kita mengambil foto dari arah penonton, ada baiknya kita mengambil dari arah depan secara frontal terhadap panggung dan jangan lupa permisi dengan orang di sekeliling kita yang mungkin terganggu dengan aktifitas kita.

Jika anda ingin pindah lokasi ke kiri – kanan panggung, coba lah tepuk pundak orang di sekitar kita dan bilang ‘ permisi mas’ atau ‘maaf’ sehingga kita bisa bergerak berpindah tempat ke area baru untuk mendapatkan ‘angle ; sudut yang berbeda. Jika kita berlaku seperti itu, pasti kita dihargai oleh fotografer lain. Tetapi jika kita berlaku main seruduk kiri – kanan dan tanpa basa basi pindah angle dan melakukan ‘blocking’ terhadap angle orang lain hal tersebut tentu saja ‘annoying’ dan mengganggu sekali, dan justru hal ini lah yang sering saya temui di ‘pit’ bibir panggung pertunjukan akhir akhir ini, terutama konser rock.
Dan terakhir, kita harus menghargai tim keamanan / security di panggung pertunjukan. Jika mereka menyuruh kita untuk tidak mengambil foto , ya sudah berarti waktu memotret kita sudah selesai, tinggal masukan kamera anda pada tas kamera dan enjoy the rest of the show

Post Processing

Biasanya post processing hanya proses pengaturan level ,kontras dan saturasi warna, Perubahan White Balance juga masih dimungkinkan bila foto tersimpan dalam format RAW images.

Penutup

Semoga tulisan singkat ini bisa menjadi wacana dan bantuan bagi penggiat fotografi panggung, namun tak lepas dari hal itu semua ini hanya ‘sharing’ saja dan tidak bersifat menggurui. Wilujeng hunting photo dan salam jepret ..semoga mendapatkan moment terbaik dari foto foto anda .. selamat berburu